1.4.14

Bagian 2 - Stuck love/ love stuck (?)

Wew, ternyata ada yang nge comment di stuck love bagian 1, jadi aku terusin deh nih :3 silahkan dibaca kelanjutannya. Komen lagi yaa... :D
“Bagian Dua”
Lelaki itu turun dari mobilnya, setelannya masih seperti dulu, gayanya tidak berubah. Sehelai kaos hitam dan celana skiny jinsnya, berjalan ke arah rumah yang sudah lama kosong itu. Ia membawa tas besarnya dan kardus menuju rumah itu, dimasukannya kunci ke dalam lubang kunci itu dan membuka pintu yang sudah lama tidak dipegang orang, ia memasuki rumah yang sudah lama tidak ada kehidupan dan menaruh barang-barangnya, disusul oleh kedua orangtuanya dan adiknya. Setelah menaruh barang-barangnya Ia berlari keluar dan menuju rumah yang jaraknya dua jalur dari rumahnya. Ia memandang sepi rumah itu, ‘tidak ada siapa pun’ batin lelaki itu. Lelaki itu mengetuk pintu rumah tersebut.
“Zain” Abam keluar dari rumahnya sambil memandang lelaki itu, lelaki itu berlari ke arah Abam dan memeluknya. “Abam, aku telah kembali. Aku menrindukan kalian semua, kemana yang lainnya?” tanyanya, “mungkin mereka belum pulang sekolah” Jawab Abam. Ya lelaki itu adalah Zain, ia telah kembali ke kompleknya yang dulu, ke rumahnya yang dulu. Ayahnya telah selesai bekerja di kota yang sangat jauh itu. Kedua lelaki itu mulai berbincang-bincang bercerita tentang satu setengah tahun yang mereka lewati tanpa bersama.
Rega sedang mengendarai motornya, ia habis pulang sekolah. Ia memasuki komplek dan melewati rumah Abam. Ia memberhentikan motornya di depan rumah Abam karena Abam dan Zain memanggilnya “Rega!”. Mata Rega berbinar melihat Zain, Rega langsung mendekati Zain dan berjabat tangan ala Laki-laki dengan Zain. “Zain, aku kira kamu udah mati” kata Rega bercanda, “tenang aja aku bakal hidup kok, kita kan matinya bareng” canda Zain. Tiba-tiba Isei keluar dari rumah Abam dengan muka bangun tidur. Abam langsung berkata “oh iya, si Isei kan tadi numpang tidur siang dirumah aku. Baru inget sumpah”, “ribut banget sih, ada apaan?” tanya Isei sambil setengah tidur, Isei mulai sedikit sadar dan melihat wajah yang tidak asing itu, wajah yang sudah lama tidak ia lihat “Zainn?!, kamu udah balik? Kangen banget sumpah” Isei berkata sambil mendekati Zain, dan berakhir memeluk Zain dengan erat, lalu Isei tertidur lagi di kursi teras rumah Abam.
Hana berjalan keluar rumahnya, ia menuju ke arah warung, ia harus melawati rumah Abam untuk sampai di warung yang ada di ujung komplek. Saat melewati rumah Abam Hana melihat semua sedang berkumpul disana, Hana menghampiri mereka dan melihat Zain. “Astaga, Zain lo udah balik lagi. Gila lo gapernah ngabarin mau pulang sih” kata Hana kaget, “aduh maaf ya aku jarang ngabarin kalian, aku lupa hehehe” jawab Zain sambil tertawa kecil.
«««
Reva dan Aleta menuju gerbang sekolah, mereka berdua habis mengerjakan tugas kelompok, hari sudah sangat sore mereka-pun pulang ke rumahnya masing-masing.
Di tempat lain, Zain, Abam, Rega, Isei dan Hana sedang berbincang dengan senangnya, tiba-tiba Zain teringat pada Reva iapun bertanya  “Reva mana? Dia ga kangen sama aku apa?”, pertanyaan itu membuat yang lain tertawa. “dia pasti kangen banget lah sama kamu, dia kan su-“ sebelum Rega keceplosan dengat sigat Abam menyenggol lengan Rega, “Su-dah nuggu kamu lama banget” kata Rega meneruskan kalimatnya. Sebenarnya Rega ingin berkata bahwa Reva suka pada Zain, tetapi Abam mencegahnya. ‘aku kasihan sama Reva, yang udah menanti Zain tetapi Zain sudah punya pacar’ Batin Abam berkata seperti itu.
Jam menunjukan pukul 17:54, sudah sangat sore matahari-pun sudah tenggelam. Tetapi ada sekelompok anak remaja yang masih asik berkumpul dan berbincang, ya! Itu adalah Abam dan kawan-kawan yang sedang senang karena sahabat-nya yang ‘hilang’–pindah–, sudah pindah kembali pada mereka.
Reva masih duduk diam didalam angkot–Bis diluar negeri mah ceritanya–, ia menunggu angkot sampai ke depan komplek-nya. Angkot pun sampai, Reva lalu turun dari angkot dan jalan memasuki komplek-nya itu. Tak jauh dari depan gerbang komplek ia melihat halaman rumah abam yang ramai banyak orang. “heum, lagi pada ngapain ya itu orang-orang kok aku ga diajak kumpul sih” itulah batin Reva. Dengan pikiran emosi Reva berjalan cepat ke arah rumah Abam. “Hey! Kok kalian ngumpul-ngumpul ga ngajak aku sih?! Sms kek mau pada kumpul. Kejam banget udah lama ga ngumpul, pas ngumpul ga ngajak aku” kata Reva kasar dan langsung berlari menjauh dari rumah abam.
Saat itu Reva sama sekali tidak melihat ada Zain disana, merasakan kehadiran Zain pun tidak. Saat itu sudah sangat sore dan Reva sudah sangat capai, lemas, letih, lesu~ sesampai di rumah ia langsung membaringkan badannya di kasurnya yang lumayan empuk sambil bergumam sendiri. Dia terlalu sedih karena teman-temannya sepertinya sudah tidak peduli lagi padanya. Malam itu ia habiskan untuk memikirkan hal-hal negatif-_-. Dan juga Reva tidak pernah lupa dengan Zain, ya Reva selalu memikirkan Zain, diotaknya nomor satu adalah Zain, apalagi di hatinya nomor satu adalah Zain. Reva sangat gelisah menunggu kepulangan Zain–yang padahal sudah pulang–.
Matahari telah terbit, Reva terbangun dari tidurnya. Ia bangun dengan masih mengenakan seragam sekolah, “Yaampun” kata Reva sambil melihat ke arah jam yang menunjukan pukul ’08.30’
Reva yang sudah siap dengan seragamnya yang tidak terlalu rapih itu pun langsung keluar rumah-dan mengunci pintu- lalu bergegas lari menuju gerbang komplek dan menunggu angkot. ‘yaampun, kenapa tidak ada angkot yang lewat dari tadi! Biasanya lewat banyak banget’ batin Reva kesal. Setelah menunggu cukup lama ahirnya ada angkot lewat, Reva pun menaiki angkot dan berangkat ke sekolahnya.
Setelah menaiki dua angkot akhirnya Reva pun sampai didepan gerbang sekolahnya, dia mengecek hp nya dan melihat jam ternyata jam sudah menunjukan pas pukul  09:00, Reva pun segera memasuki gerbang-tidak langsung memasuki gerbang melainkan dihukum dahulu oleh guru piket- watir.
“Revaa... aku seneng banget, pacarku udah balik lagi loh” kata Aleta kegirangan. “ohya? Bagus dong” jawab Reva dengan muka datar, “ih, kok kamu jawabnya cuek gitu sih?” tanya Aleta murung, “aduh maaf ya, aku lagi gaenak badan nih. Aku mau ke uks dulu ya, maaf banget Aleta” jawab Reva-yang sebenarnya bohong-.
Bel pulang sekolah telah berbunyi, Reva dan Aleta masing-masing keluar dari kelas menuju luar sekolah. Mereka tidak berjalan bersama seperti biasanya, sepertinya efek kemarin masih membuat perasaan Reva tidak enak.
«««
Seorang lelaki tampan berseragam SMA, sedang menunggu seseorang di depan sebuah sekolah. Saat Reva menuju gerbang sekolah ia tidak sengaja melihat seorang lelaki itu.
“ZAIN?!” tanya Reva mendekati lelaki itu, “REVA?!” jawab lelaki itu-Zain-. “yaampun Zain kamu kapan balik kesini? Kok ga ngabarin sih?” tanya Reva gembira, “Duh aku udah balik dari kemarin kok, kemarin aku ngumpul sama yang lainnya di rumah si Abam” jawab Zain, “hah? Oh jadi kemaren rame di rumah si Abam ternyata ada kamu toh, dih ga ngajak-ngajak nih” protes Reva, Zain pun menjawab sambil tertawa kecil “hahaha, maaf ya”, “ngomong-ngomong Zain ngapain kesini?”, “mau jemput pacar”, “hah? Jadi pacar kamu sekolah disini juga? Perasaan dulu gapernah jemput kesini deh?”, “dia baru pindah kesini”, “oh” jawab Reva singkat.
Saat Zain dan Reva tengah berbincang, tiba-tiba Aleta datang dengan wajah gembira. Aleta langsung menatap  Zain dan berkata “Zain! aku kangen banget, sumpah”, “masa?” jawab  Zain bercanda. Dilain pihak Reva menatap kaget Aleta dan Zain. “Oh iya” kata Zain dan Aleta bersamaan, “Apa?” kata Zain dan Aleta bersamaan lagi, “Kamu duluan deh!” sekali lagi kata mereka bersamaan.
Akhirnya Aleta pun bicara duluan “Zain, ini Reva dia temen baru aku”, “dan ini Reva tetanggaku” kata Zain setengah tertawa, dan membuat Aleta tertawa juga. “Oh, jadi kalian tetangga ya.. ga nyangka ternyata kita saling berhubungan. Oh iya sampe lupa, Rev Zain tetangga kamu itu pacar aku loh” aku Aleta sambil menggandeng tangan Zain.
‘TER-NYA-TA, Aleta itu pacar Zain’ batin Reva, ‘Pantesan aja waktu aku pertama ngeliat Aleta rasanya sesak banget, ternyata kita ada koneksi’ batin Reva lagi.
“Oh, jadi dia pacar kamu” jawab Reva tidak jelas. “hmm, jadi aku pulang duluan ya ada keperluan nih” kata Reva sambil berlari menjauh dari Aleta dan Zain, mereka hanya menatap bingung kepergian Reva.
Hari ini adalah hari pertama Aleta dan Zain bertemu lagi setelah sekian lama berpisah, mereka berdua memutuskan untuk pergi jalan-jalan atau bisa juga disebut kencan, mereka pergi ke banyak tempat awalnya mereka pergi ke KFC untuk makan, lalu pergi ke toko buku melihat-lihat buku-tapi tidak beli-, lalu mereka ke game master bermain beberapa permainan, dan diakhiri menonton di bioskop–kesayangan mereka wkwk– (nonton the Raid 2 haha)
Sementara Aleta dan Zain bersenang-senang, dilain pihak Reva sedang termenung di kamarnya. Reva masih mengenakan seragam dan ia sangat sedih memikirkan Aleta dan Zain. ‘Tuhan, mengapa Aleta harus pindah kesekolah yang sama denganku, dan mengapa pula dia harus menjadi teman baik-ku, sepertinya untuk sementara aku tidak akan dekat dengannya lagi, aku butuh waktu untuk memulihkan perasaanku ini’ kata Reva dalam hati.
Jam menunjukan pukul 19:05, Reva bangun dari ketidurannya. Ia mengganti seragamnya dan bersih-bersih.”Bu, Reva mau kerumah Rega sebentar” pamit Reva,”jangan malem-malem Reva!”  jawab Ibunya.
Reva sudah didepan rumah Rega, Reva pun masuk ke rumah Rega. “permisi tante, Reganya ada” tanya Reva pada ibunya Rega, “oh Reva, ada kok. Ada di atas lagi main sama kakaknya, keatas aja Reva”, “oh iya makasih tante, aku ke atas ya”. Reva menaiki tangga rumah Rega menuju lantai atas dan menemui Rega yang sedang main PS–pees– bersama kakaknya–yang bedanya hanya 1 tahun dengan Rega–. “Rega!”, “Oh Reva, ada apa?  perasaan waktu itu kamu lagi marah deh sama aku dan yang lain”. “maaf ya aku ga maksud marah, waktu itu aku lagi capek banget, aku mau curhat nih”, “curhat apa? eh ngobrolnya di teras aja yu. Bang Raf udahan dulu ya mainnya” kata Rega, “iya-iya” jawab Rafi, “maaf   Rafi, Rega nya dipinjem dulu” kata Reva meminta maaf, “gapapa kok”.
Rega dan Reva berjalan menuju teras rumah Rega. Reva mulai menceritakan curahan hatinya pada Rega. “kamu tau kan aku suka sama Zain”, “iya, tau”, “aku baru tau Zain udah pulang, barusan”, “oh iya, maaf  ya aku sampe lupa ngasih tau kalau Zain udah balik”, “iya gapapa kok. Kamu tau kan Aleta temen aku yang waktu itu”, “iya,iya tau. kenapa?” tanya Rega, belum sempat Reva menjawab air matanya sudah membasahi pipinya. “Reva kenapa?
Rega berrtanya dengan  nada khawatir, Reva hanya diam membuat Rega cemas. Beberapa menit berlalu akhirnya Reva menghapur air mata yang membasahi pipinya dan mulai berbicara lagi pada Rega “Aleta ternyata pacarnya Zain” seketika setelah Reva berkata itu dia menjadi  lemas.
Bukan maksud Rega tidak mau menanggapi curahan hati Reva, tetapi hari sudah sangat malam. Tanpa membalas satu katapun Rega mengantar Reva pulang ke rumahnya, yang jaraknya tidak jauh dari rumah Rega sendiri. “Reva, kamu istirahat aja ya. Jangan mikirin hal itu dulu. Ntar kita omongin lagi besok.. dah aku pulang ya” pamit Rega terburu-buru.
Besok harinya diskeolah Reva sama sekali tidak menanggapi segala hal yang Aleta lakukan, Reva tidak bermaksud buruk pada Aleta tetapi hatinya terlalu sakit untuk menanggapinya. Saat pulang sekolahpun Reva langsung berlari pulang ia terlalu capai dan ingin segera sampai dirumah. Baru sampai gerbang hatinya sudah bertambah sakit karena tidak sengaja melihat Zain yang sedang menunggu Aleta di gerbang. Zain malah memanggil Aleta, makin membuat hatinya remuk. Zain yang tidak tahu apapun tentang Reva yang telah menyayanginya sekian lama ini, dengan wajah tak berdosanya malah membuat hati Reva sangat sakit. “Reva!”, “eh, hai- eum~ maaf- aku duluan” pamit Reva kaku sambil berjalan menuju angkot yang sedang ngetem.
Di dalam angkot Reva duduk di bangku paling ujung ia sangat lemas, bukan karena ia belum makan, bukan karena ia sedang sakit, tapi karena memikirkan Zain, ya Zain lelaki yang sudah ia sayangi semenjak kelas 4 SD, yang tak bisa dilupakannya. Dan memikirkan pula Aleta sahabat pertamanya yang ternyata adalah kekasih Zain. Hatinya terlalu sakit, telalu letih untuk menjalani hidup ini lagi.
Reva bangun dari ketidurannya, dia masih belum sadar sedang ada dimana. Reva akhirnya teringat terakhir ia sedang naik angkot menuju rumahnya, tapi ia tidak tahu sekarang sedang dimana. Dengan cepat ia memberhentikan angkot dengan kata ajaibnya “KIRI!”
‘Ini dimana ya?’ batin Reva. Gadis itu menyusuri jalanan yang asing, ia melihat beberapa papan toko yang menunjukan alamat, ia membaca sedang dimanakah ia. Ternyata ia sedang tersesat di daerah yang sangat jauh dari rumahnya.
Reva tidak tahu lagi harus bagaimana, uang ongkos yang ia bawa pas untuk menaiki dua angkot untuk sampai di depan kompleknya telah habis karena membayar angkot pertama yang ia naiki barusan. 4000 rupiah habis untuk membayar angkot tadi. Reva mengecek HP–hape–nya jam di hapenya menunjukan pukul empat sore, Reva mulai capai dan haus ia terus berjalan kearah yang tidak jelas entah mendekatkan dirinya dengan rumah atau malah memperjauhnya dari rumah. Yang ia pikirkan sekarang ia pasti tidak akan sampai ke rumah dengan kebutaan arahnya itu.
Hari sudah mulai gelap, Reva masih berkeliaran di jalanasing itu, yang pasti jauh dari rumahnya. Tiba-tiba hapenya berbunyi, ternyata itu telfon dari ibunya. “Reva, ibu pulang rada telatan, kamu jangan lupa makan ya”, “bu aku ter-“, “duh, Reva maaf ya ibu sedang sibuk banget, dah hati-hati dirumah” belum sempat Reva bilang kalau ia tersesat ibunya sudah menutup telfonnya dengan buru-buru. Reva ingin menelefon balik ibunya, tetapi apa daya kalau dia tidak punya pulsa.
Dua menit kemudian hape Reva berbunyi lagi, kali ini telefon dari tetangganya yaitu Rega. Cepat-cepat Reva mengangkat Telefon itu. “Halo”, “Reva!”, “ya?”, “Kamu dimana? Mau ngebicarain hal yang kemaren ga?” tanya Rega disebrang sana. ‘DEG’ kalimat tanya yang dilemparkan Rega pada Reva berhasiil membuat hati Reva kembali sakit. “Ga, Rega tolong aku! Aku belum pulang aku gatau lagi dimana, tadi aku di angkot ketiduran. Terus ongkos aku udah abis, kamu bisa nolong aku kan?”, “Yaampun Reva kamu dimana? Buruan kasih tau aku kamu dimana? Aku bakal ngebut jemput kamu kesana!” Pinta Rega khawatir. “Aku gatau pasti ini dimana, tapi di toko-toko yang aku liat nama jalannya itu jalan xxxx”, “yaudah, kamu tunggu aja dimana gitu? Depan mini market atau warung, nanti kalau udah deket aku telfon kamu lagi, dah hati-hati ya”, “iya Ga makasih, kamu juga hati-hati” sambungan telfon pun terputus, Reva menunggu Rega di pinggir jalan.
15 menit telah berlalu, Reva masih menunggu Rega, ia berdiri dipinggir jalan sambil menyender di salah satu tembok toko yang sudah tutup. Jam sudah menunjuka pukul setengah tujuh. Rega tidak kunjung datang. Dilain pihak Rega sudah sampai di jalan yang Reva katakan, ia langsung menghubungi Reva, “Halo!”, “kamu udah sampe?”, “iya aku udah sampe kok, Reva dimana?”, “di depan toko xxxx kamu cari aja”, “iya aku cari ya” sambungan pun terputus.
Akhirnya Rega menemukan Reva yang sedang berdiri bersandar sambil ketiduran dipinggir jalan. “Va, Reva- Reva bangun!”,  Reva akhirnya membuka matanya dan tersenyum pada Rega. “Zain-“ kata Reva yang sedang mengantuk, “Ini aku Rega, ayo kita pulang.. udah gelap banget nih! Ayo naik ke motor” Reva pun naik ke atas motor. Rega mulai melajukan motornya.
Rega terkaget, tiba-tiba Reva melingkarkan tangannya di pinggang Rega. “Zain-, heuhh—Hoaam, kamu bisa sadar jugaa sama perasaan aku ternyata—“ kata Reva tengah mengantuk, Rega mendengar jelas kalimat yang dilemparkan Reva padanya, tetapi ia pura-pura tidak mendengar dengan jelas, “Apa Reva?” tanya Rega, tidak ada balasan dari Reva. Rega tahu kalau Reva pasti sangat lelah setelah kejadian tersesatnya itu~moumeintss~.
Reva hanya ingin Zain tahu perasaannya.♥

-Bagian Dua End-

Muahahaha, akhirnya bagian dua selesai.. banyak typo nya ga? Ga lah dikit dong ya!! :p aku kan gasuka typo. Semoga tanda baca nya pada bener ya.. bukan anak bahasa sih aku mah, jadi ga paham ttg tanda baca elahh... tinggal ntar di post ke blog tersayang yang gaada pembacanya.. dan sekararang nulis bagian tiga nya :3 oemjosss~ spoiler neh ternyata Rega itu suka sama Reva lohh... cerita ini menjadi cerita cinta segibuanyak :O maaf eaps tiap bagian cmn dikit sekitaran ±2000 doang. Tidak bakat panjang-panjang mah  

No comments:

Post a Comment