Wew, ternyata ada yang nge comment di stuck love bagian 1, jadi aku terusin deh nih :3 silahkan dibaca kelanjutannya. Komen lagi yaa... :D
“Bagian Dua”
Lelaki itu turun
dari mobilnya, setelannya masih seperti dulu, gayanya tidak berubah. Sehelai kaos
hitam dan celana skiny jinsnya, berjalan ke arah rumah yang sudah lama kosong
itu. Ia membawa tas besarnya dan kardus menuju rumah itu, dimasukannya kunci ke
dalam lubang kunci itu dan membuka pintu yang sudah lama tidak dipegang orang,
ia memasuki rumah yang sudah lama tidak ada kehidupan dan menaruh
barang-barangnya, disusul oleh kedua orangtuanya dan adiknya. Setelah menaruh
barang-barangnya Ia berlari keluar dan menuju rumah yang jaraknya dua jalur
dari rumahnya. Ia memandang sepi rumah itu, ‘tidak ada siapa pun’ batin lelaki
itu. Lelaki itu mengetuk pintu rumah tersebut.
“Zain” Abam keluar dari rumahnya
sambil memandang lelaki itu, lelaki itu berlari ke arah Abam dan memeluknya.
“Abam, aku telah kembali. Aku menrindukan kalian semua, kemana yang lainnya?”
tanyanya, “mungkin mereka belum pulang sekolah” Jawab Abam. Ya lelaki itu
adalah Zain, ia telah kembali ke kompleknya yang dulu, ke rumahnya yang dulu.
Ayahnya telah selesai bekerja di kota yang sangat jauh itu. Kedua lelaki itu
mulai berbincang-bincang bercerita tentang satu setengah tahun yang mereka
lewati tanpa bersama.
Rega sedang
mengendarai motornya, ia habis pulang sekolah. Ia memasuki komplek dan melewati
rumah Abam. Ia memberhentikan motornya di depan rumah Abam karena Abam dan Zain
memanggilnya “Rega!”. Mata Rega berbinar melihat Zain, Rega langsung mendekati
Zain dan berjabat tangan ala Laki-laki dengan Zain. “Zain, aku kira kamu udah
mati” kata Rega bercanda, “tenang aja aku bakal hidup kok, kita kan matinya
bareng” canda Zain. Tiba-tiba Isei keluar dari rumah Abam dengan muka bangun
tidur. Abam langsung berkata “oh iya, si Isei kan tadi numpang tidur siang
dirumah aku. Baru inget sumpah”, “ribut banget sih, ada apaan?” tanya Isei
sambil setengah tidur, Isei mulai sedikit sadar dan melihat wajah yang tidak
asing itu, wajah yang sudah lama tidak ia lihat “Zainn?!, kamu udah balik?
Kangen banget sumpah” Isei berkata sambil mendekati Zain, dan berakhir memeluk
Zain dengan erat, lalu Isei tertidur lagi di kursi teras rumah Abam.
Hana berjalan
keluar rumahnya, ia menuju ke arah warung, ia harus melawati rumah Abam untuk
sampai di warung yang ada di ujung komplek. Saat melewati rumah Abam Hana
melihat semua sedang berkumpul disana, Hana menghampiri mereka dan melihat
Zain. “Astaga, Zain lo udah balik lagi. Gila lo gapernah ngabarin mau pulang
sih” kata Hana kaget, “aduh maaf ya aku jarang ngabarin kalian, aku lupa
hehehe” jawab Zain sambil tertawa kecil.
«««
Reva dan Aleta
menuju gerbang sekolah, mereka berdua habis mengerjakan tugas kelompok, hari
sudah sangat sore mereka-pun pulang ke rumahnya masing-masing.
Di tempat lain,
Zain, Abam, Rega, Isei dan Hana sedang berbincang dengan senangnya, tiba-tiba
Zain teringat pada Reva iapun bertanya
“Reva mana? Dia ga kangen sama aku apa?”, pertanyaan itu membuat yang
lain tertawa. “dia pasti kangen banget lah sama kamu, dia kan su-“ sebelum Rega
keceplosan dengat sigat Abam menyenggol lengan Rega, “Su-dah nuggu kamu lama
banget” kata Rega meneruskan kalimatnya. Sebenarnya Rega ingin berkata bahwa
Reva suka pada Zain, tetapi Abam mencegahnya. ‘aku kasihan sama Reva, yang udah
menanti Zain tetapi Zain sudah punya pacar’ Batin Abam berkata seperti itu.
Jam menunjukan
pukul 17:54, sudah sangat sore matahari-pun sudah tenggelam. Tetapi ada
sekelompok anak remaja yang masih asik berkumpul dan berbincang, ya! Itu adalah
Abam dan kawan-kawan yang sedang senang karena sahabat-nya yang ‘hilang’–pindah–,
sudah pindah kembali pada mereka.
Reva masih duduk
diam didalam angkot–Bis diluar negeri mah ceritanya–, ia menunggu angkot sampai
ke depan komplek-nya. Angkot pun sampai, Reva lalu turun dari angkot dan jalan
memasuki komplek-nya itu. Tak jauh dari depan gerbang komplek ia melihat
halaman rumah abam yang ramai banyak orang. “heum, lagi pada ngapain ya itu
orang-orang kok aku ga diajak kumpul sih” itulah batin Reva. Dengan pikiran
emosi Reva berjalan cepat ke arah rumah Abam. “Hey! Kok kalian ngumpul-ngumpul
ga ngajak aku sih?! Sms kek mau pada kumpul. Kejam banget udah lama ga ngumpul,
pas ngumpul ga ngajak aku” kata Reva kasar dan langsung berlari menjauh dari
rumah abam.
Saat itu Reva
sama sekali tidak melihat ada Zain disana, merasakan kehadiran Zain pun tidak. Saat
itu sudah sangat sore dan Reva sudah sangat capai, lemas, letih, lesu~ sesampai
di rumah ia langsung membaringkan badannya di kasurnya yang lumayan empuk
sambil bergumam sendiri. Dia terlalu sedih karena teman-temannya sepertinya
sudah tidak peduli lagi padanya. Malam itu ia habiskan untuk memikirkan hal-hal
negatif-_-. Dan juga Reva tidak pernah lupa dengan Zain, ya Reva selalu
memikirkan Zain, diotaknya nomor satu adalah Zain, apalagi di hatinya nomor
satu adalah Zain. Reva sangat gelisah menunggu kepulangan Zain–yang padahal
sudah pulang–.
Matahari telah
terbit, Reva terbangun dari tidurnya. Ia bangun dengan masih mengenakan seragam
sekolah, “Yaampun” kata Reva sambil melihat ke arah jam yang menunjukan pukul
’08.30’
Reva yang sudah
siap dengan seragamnya yang tidak terlalu rapih itu pun langsung keluar
rumah-dan mengunci pintu- lalu bergegas lari menuju gerbang komplek dan
menunggu angkot. ‘yaampun, kenapa tidak ada angkot yang lewat dari tadi!
Biasanya lewat banyak banget’ batin Reva kesal. Setelah menunggu cukup lama
ahirnya ada angkot lewat, Reva pun menaiki angkot dan berangkat ke sekolahnya.
Setelah menaiki
dua angkot akhirnya Reva pun sampai didepan gerbang sekolahnya, dia mengecek hp
nya dan melihat jam ternyata jam sudah menunjukan pas pukul 09:00, Reva pun segera memasuki gerbang-tidak
langsung memasuki gerbang melainkan dihukum dahulu oleh guru piket- watir.
“Revaa... aku
seneng banget, pacarku udah balik lagi loh” kata Aleta kegirangan. “ohya? Bagus
dong” jawab Reva dengan muka datar, “ih, kok kamu jawabnya cuek gitu sih?”
tanya Aleta murung, “aduh maaf ya, aku lagi gaenak badan nih. Aku mau ke uks
dulu ya, maaf banget Aleta” jawab Reva-yang sebenarnya bohong-.
Bel pulang
sekolah telah berbunyi, Reva dan Aleta masing-masing keluar dari kelas menuju
luar sekolah. Mereka tidak berjalan bersama seperti biasanya, sepertinya efek
kemarin masih membuat perasaan Reva tidak enak.
«««
Seorang lelaki tampan berseragam SMA, sedang menunggu
seseorang di depan sebuah sekolah. Saat Reva menuju gerbang sekolah ia tidak
sengaja melihat seorang lelaki itu.
“ZAIN?!” tanya Reva mendekati lelaki itu, “REVA?!” jawab
lelaki itu-Zain-. “yaampun Zain kamu kapan balik kesini? Kok ga ngabarin sih?”
tanya Reva gembira, “Duh aku udah balik dari kemarin kok, kemarin aku ngumpul
sama yang lainnya di rumah si Abam” jawab Zain, “hah? Oh jadi kemaren rame di
rumah si Abam ternyata ada kamu toh, dih ga ngajak-ngajak nih” protes Reva,
Zain pun menjawab sambil tertawa kecil “hahaha, maaf ya”, “ngomong-ngomong Zain
ngapain kesini?”, “mau jemput pacar”, “hah? Jadi pacar kamu sekolah disini
juga? Perasaan dulu gapernah jemput kesini deh?”, “dia baru pindah kesini”,
“oh” jawab Reva singkat.
Saat Zain dan Reva tengah berbincang, tiba-tiba Aleta
datang dengan wajah gembira. Aleta langsung menatap Zain dan berkata “Zain! aku kangen banget,
sumpah”, “masa?” jawab Zain bercanda.
Dilain pihak Reva menatap kaget Aleta dan Zain. “Oh iya” kata Zain dan Aleta
bersamaan, “Apa?” kata Zain dan Aleta bersamaan lagi, “Kamu duluan deh!” sekali
lagi kata mereka bersamaan.
Akhirnya Aleta pun bicara duluan “Zain, ini Reva dia
temen baru aku”, “dan ini Reva tetanggaku” kata Zain setengah tertawa, dan
membuat Aleta tertawa juga. “Oh, jadi kalian tetangga ya.. ga nyangka ternyata
kita saling berhubungan. Oh iya sampe lupa, Rev Zain tetangga kamu itu pacar
aku loh” aku Aleta sambil menggandeng tangan Zain.
‘TER-NYA-TA, Aleta itu pacar Zain’ batin Reva, ‘Pantesan
aja waktu aku pertama ngeliat Aleta rasanya sesak banget, ternyata kita ada
koneksi’ batin Reva lagi.
“Oh, jadi dia pacar kamu” jawab Reva tidak jelas. “hmm,
jadi aku pulang duluan ya ada keperluan nih” kata Reva sambil berlari menjauh
dari Aleta dan Zain, mereka hanya menatap bingung kepergian Reva.
Hari ini adalah hari pertama Aleta dan Zain bertemu lagi
setelah sekian lama berpisah, mereka berdua memutuskan untuk pergi jalan-jalan
atau bisa juga disebut kencan, mereka pergi ke banyak tempat awalnya mereka
pergi ke KFC untuk makan, lalu pergi
ke toko buku melihat-lihat buku-tapi tidak beli-, lalu mereka ke game master bermain beberapa permainan,
dan diakhiri menonton di bioskop–kesayangan mereka wkwk– (nonton the Raid 2
haha)
Sementara Aleta dan Zain bersenang-senang, dilain pihak
Reva sedang termenung di kamarnya. Reva masih mengenakan seragam dan ia sangat
sedih memikirkan Aleta dan Zain. ‘Tuhan, mengapa Aleta harus pindah kesekolah
yang sama denganku, dan mengapa pula dia harus menjadi teman baik-ku,
sepertinya untuk sementara aku tidak akan dekat dengannya lagi, aku butuh waktu
untuk memulihkan perasaanku ini’ kata Reva dalam hati.
Jam menunjukan pukul 19:05, Reva bangun dari
ketidurannya. Ia mengganti seragamnya dan bersih-bersih.”Bu, Reva mau kerumah
Rega sebentar” pamit Reva,”jangan malem-malem Reva!” jawab Ibunya.
Reva sudah didepan rumah Rega, Reva pun masuk ke rumah
Rega. “permisi tante, Reganya ada” tanya Reva pada ibunya Rega, “oh Reva, ada
kok. Ada di atas lagi main sama kakaknya, keatas aja Reva”, “oh iya makasih
tante, aku ke atas ya”. Reva menaiki tangga rumah Rega menuju lantai atas dan
menemui Rega yang sedang main PS–pees– bersama kakaknya–yang bedanya hanya 1
tahun dengan Rega–. “Rega!”, “Oh Reva, ada apa?
perasaan waktu itu kamu lagi marah deh sama aku dan yang lain”. “maaf ya
aku ga maksud marah, waktu itu aku lagi capek banget, aku mau curhat nih”,
“curhat apa? eh ngobrolnya di teras aja yu. Bang Raf udahan dulu ya mainnya”
kata Rega, “iya-iya” jawab Rafi, “maaf Rafi, Rega nya dipinjem dulu” kata Reva
meminta maaf, “gapapa kok”.
Rega dan Reva berjalan menuju teras rumah Rega. Reva
mulai menceritakan curahan hatinya pada Rega. “kamu tau kan aku suka sama
Zain”, “iya, tau”, “aku baru tau Zain udah pulang, barusan”, “oh iya, maaf ya aku sampe lupa ngasih tau kalau Zain udah balik”,
“iya gapapa kok. Kamu tau kan Aleta temen aku yang waktu itu”, “iya,iya tau.
kenapa?” tanya Rega, belum sempat Reva menjawab air matanya sudah membasahi
pipinya. “Reva kenapa?
Rega berrtanya dengan
nada khawatir, Reva hanya diam membuat Rega cemas. Beberapa menit
berlalu akhirnya Reva menghapur air mata yang membasahi pipinya dan mulai
berbicara lagi pada Rega “Aleta ternyata pacarnya Zain” seketika setelah Reva
berkata itu dia menjadi lemas.
Bukan maksud Rega tidak mau menanggapi curahan hati Reva,
tetapi hari sudah sangat malam. Tanpa membalas satu katapun Rega mengantar Reva
pulang ke rumahnya, yang jaraknya tidak jauh dari rumah Rega sendiri. “Reva,
kamu istirahat aja ya. Jangan mikirin hal itu dulu. Ntar kita omongin lagi
besok.. dah aku pulang ya” pamit Rega terburu-buru.
Besok harinya diskeolah Reva sama sekali tidak menanggapi
segala hal yang Aleta lakukan, Reva tidak bermaksud buruk pada Aleta tetapi
hatinya terlalu sakit untuk menanggapinya. Saat pulang sekolahpun Reva langsung
berlari pulang ia terlalu capai dan ingin segera sampai dirumah. Baru sampai
gerbang hatinya sudah bertambah sakit karena tidak sengaja melihat Zain yang
sedang menunggu Aleta di gerbang. Zain malah memanggil Aleta, makin membuat
hatinya remuk. Zain yang tidak tahu apapun tentang Reva yang telah
menyayanginya sekian lama ini, dengan wajah tak berdosanya malah membuat hati
Reva sangat sakit. “Reva!”, “eh, hai- eum~ maaf- aku duluan” pamit Reva kaku
sambil berjalan menuju angkot yang sedang ngetem.
Di dalam angkot Reva duduk di bangku paling ujung ia
sangat lemas, bukan karena ia belum makan, bukan karena ia sedang sakit, tapi
karena memikirkan Zain, ya Zain lelaki yang sudah ia sayangi semenjak kelas 4
SD, yang tak bisa dilupakannya. Dan memikirkan pula Aleta sahabat pertamanya
yang ternyata adalah kekasih Zain. Hatinya terlalu sakit, telalu letih untuk
menjalani hidup ini lagi.
Reva bangun dari ketidurannya, dia masih belum sadar
sedang ada dimana. Reva akhirnya teringat terakhir ia sedang naik angkot menuju
rumahnya, tapi ia tidak tahu sekarang sedang dimana. Dengan cepat ia memberhentikan
angkot dengan kata ajaibnya “KIRI!”
‘Ini dimana ya?’ batin Reva. Gadis itu menyusuri jalanan
yang asing, ia melihat beberapa papan toko yang menunjukan alamat, ia membaca
sedang dimanakah ia. Ternyata ia sedang tersesat di daerah yang sangat jauh
dari rumahnya.
Reva tidak tahu lagi harus bagaimana, uang ongkos yang ia
bawa pas untuk menaiki dua angkot untuk sampai di depan kompleknya telah habis
karena membayar angkot pertama yang ia naiki barusan. 4000 rupiah habis untuk
membayar angkot tadi. Reva mengecek HP–hape–nya jam di hapenya menunjukan pukul
empat sore, Reva mulai capai dan haus ia terus berjalan kearah yang tidak jelas
entah mendekatkan dirinya dengan rumah atau malah memperjauhnya dari rumah.
Yang ia pikirkan sekarang ia pasti tidak akan sampai ke rumah dengan kebutaan
arahnya itu.
Hari sudah mulai gelap, Reva masih berkeliaran di jalanasing
itu, yang pasti jauh dari rumahnya. Tiba-tiba hapenya berbunyi, ternyata itu
telfon dari ibunya. “Reva, ibu pulang rada telatan, kamu jangan lupa makan ya”,
“bu aku ter-“, “duh, Reva maaf ya ibu sedang sibuk banget, dah hati-hati
dirumah” belum sempat Reva bilang kalau ia tersesat ibunya sudah menutup
telfonnya dengan buru-buru. Reva ingin menelefon balik ibunya, tetapi apa daya
kalau dia tidak punya pulsa.
Dua menit kemudian hape Reva berbunyi lagi, kali ini
telefon dari tetangganya yaitu Rega. Cepat-cepat Reva mengangkat Telefon itu.
“Halo”, “Reva!”, “ya?”, “Kamu dimana? Mau ngebicarain hal yang kemaren ga?”
tanya Rega disebrang sana. ‘DEG’ kalimat tanya yang dilemparkan Rega pada Reva
berhasiil membuat hati Reva kembali sakit. “Ga, Rega tolong aku! Aku belum
pulang aku gatau lagi dimana, tadi aku di angkot ketiduran. Terus ongkos aku
udah abis, kamu bisa nolong aku kan?”, “Yaampun Reva kamu dimana? Buruan kasih
tau aku kamu dimana? Aku bakal ngebut jemput kamu kesana!” Pinta Rega khawatir.
“Aku gatau pasti ini dimana, tapi di toko-toko yang aku liat nama jalannya itu
jalan xxxx”, “yaudah, kamu tunggu aja dimana gitu? Depan mini market atau
warung, nanti kalau udah deket aku telfon kamu lagi, dah hati-hati ya”, “iya Ga
makasih, kamu juga hati-hati” sambungan telfon pun terputus, Reva menunggu Rega
di pinggir jalan.
15 menit telah berlalu, Reva masih menunggu Rega, ia
berdiri dipinggir jalan sambil menyender di salah satu tembok toko yang sudah
tutup. Jam sudah menunjuka pukul setengah tujuh. Rega tidak kunjung datang.
Dilain pihak Rega sudah sampai di jalan yang Reva katakan, ia langsung
menghubungi Reva, “Halo!”, “kamu udah sampe?”, “iya aku udah sampe kok, Reva
dimana?”, “di depan toko xxxx kamu cari aja”, “iya aku cari ya” sambungan pun
terputus.
Akhirnya Rega menemukan Reva yang sedang berdiri
bersandar sambil ketiduran dipinggir jalan. “Va, Reva- Reva bangun!”, Reva akhirnya membuka matanya dan tersenyum
pada Rega. “Zain-“ kata Reva yang sedang mengantuk, “Ini aku Rega, ayo kita
pulang.. udah gelap banget nih! Ayo naik ke motor” Reva pun naik ke atas motor.
Rega mulai melajukan motornya.
Rega terkaget, tiba-tiba Reva melingkarkan tangannya di
pinggang Rega. “Zain-, heuhh—Hoaam, kamu bisa sadar jugaa sama perasaan aku
ternyata—“ kata Reva tengah mengantuk, Rega mendengar jelas kalimat yang
dilemparkan Reva padanya, tetapi ia pura-pura tidak mendengar dengan jelas,
“Apa Reva?” tanya Rega, tidak ada balasan dari Reva. Rega tahu kalau Reva pasti
sangat lelah setelah kejadian tersesatnya itu~moumeintss~.
Reva hanya ingin Zain tahu perasaannya.♥
-Bagian Dua End-
Muahahaha,
akhirnya bagian dua selesai.. banyak typo nya ga? Ga lah dikit dong ya!! :p aku
kan gasuka typo. Semoga tanda baca nya pada bener ya.. bukan anak bahasa sih
aku mah, jadi ga paham ttg tanda baca elahh... tinggal ntar di post ke blog
tersayang yang gaada pembacanya.. dan sekararang nulis bagian tiga nya :3
oemjosss~ spoiler neh ternyata Rega itu suka sama Reva lohh... cerita ini
menjadi cerita cinta segibuanyak :O maaf eaps tiap bagian cmn dikit sekitaran
±2000 doang. Tidak bakat panjang-panjang mah
No comments:
Post a Comment