“Bagian Satu”
Reva berjalan
kearah kelas XII-IPA-3, tepat saat bel ia duduk di bangkunya, semester pertama
di kelas duabelas ini akan segera berakhir. Reva disukai teman-temannya di
sekolah karena kepintaran dan kebaikan Reva, tetapi sampai saat ini sudah
hampir 3 tahun Reva bersekolah Reva masih belum punya teman dekat ataupun
sahabat. Hanya teman-teman biasa yang ada disekitarnya.
UAS sudah
dilewati Reva dengan tenangnya, semester
baru telah dimulai. Pagi itu di sekolah Reva bertubrukan dengan seorang
gadis ‘cantik banget. Kulitnya putih pucat, rambutnya hitam halus, dan bibirnya
merah’ batin Reva. Reva sedang terburu-buru karena tidak tahan ingin ke toilet
“aduh, maaf ya!” kata Reva, gadis itu hanya tersenyum. Saat masuk kelas Reva
melihat gadis yang barusan bertubrukan dengannya ada di depan kelas. Gadis itu
memperkenalkan dirinya seperti anak baru biasa “perkenalkan nama saya Aleta”
katanya dengan gugup.
Sesaat Reva
merasa sesak tetapi sesak itu sesaat hilang saat anak baru itu duduk
disebelahnya-karena bangku yang kosong cuman sebelahnya si Reva-, “hai, namaku
Aleta” saat mendengar nama ‘Aleta’ Reva merasa sesak lagi, tetapi ia
mengabaikan sesaknya dan membalas sapaan Aleta “hai, aku Reva”, “aku pindah ke
sekolah ini karena disekolah yang lama orangtuaku tidak terlalu sanggup
membiayai uang sekolahku, padahal... sebentar lagi akan lulus” Aleta bercerita
pada Reva sambil tersenyum. Dalam sekejap Reva dan Aleta menjadi sangat akrab.
Saat pulang hatinya mulai sesak lagi saat berlambaian tangan dengan Aleta
‘Sesak’ batin Reva.
Apa yang terjadi
pada Reva ia merasa sangat sesak saat bertemu dengan teman barunya itu, ia
merasa ada suatu hubungan tidak jelas antara dirinya dengan Aleta anak baru
itu, Reva mencoba melupakan itu tapi ia sangat penasaran kenapa hal ini terjadi
padanya.ia mencoba merenungkannya, lalu tiba-tiba ia teringat dengan Zain.
‘Zain! bulan depan ia akan pindah kembali ke sini’ batin Reva seakan lupa pada
kesesakannya dengan Aleta.
Reva sangat
senang memikirkan Zain yang sebentar lagi akan pindah kembali lagi ke
kompleknya, dalam satu tahun lebih Reva tidak pernah mendengar kabar dari Zain.
[Kenapa? Padahal sekarang zaman sudah canggih, media sosial sudah sangat
gampang, mengapa mereka tidak berbagi kabar satu sama lain?] sebenarnya Reva
sudah sering mencoba menghubungi Zain ia mengirimi sms pada Zain, bertanya
kabar, mengabari Zain kabar dirinya. Tetapi tidak ada balasan dari Zain. Reva
mencoba menelefon Zain tetapi hapenya selalu tidak bisa ditelefon, Reva hanya
pasrah dan menunggu Zain pindah kembali ke komplek lamanya.
Disekolah. Reva
dan Aleta sedang berjalan menuju kantin, wajah kedua gadis itu terlihat sedang
sangat senang. Mereka memulai percakapan yang dimuai dari Aleta “Va, muka kamu
kelihatannya lagi seneng banget deh! Ada apa sih? Cerita dong!”, “ah engga
biasa aja, muka kamu juga keliatannya lagi seneng banget kamu aja deh yang
cerita”, “iyasih emang aku lagi seneng banget, aku boleh cerita ga nih?, “boleh
lah masa iya gaboleh, orang akunya juga penasaran. Apa ih cepet cerita deh!”
Aleta pun mulai bercerita pada Reva “kan gini Va, aku tuh punya pacar tapi
sekitar setahun yang lalu dia pindah ke luar kota, terus aku jadi LDR-eldeer-an gitu sama dia, iya sih aku
dan dia tuh gapernah lost contact-hilanghubungan-
selama setahun lebih ini, dia juga selalu ngabarin aku tentang dia disana. Dan
terakhir dia ngabarin aku katanya sebulan lagi dia bakal balik kesini. Aku tuh
udah kangen banget sama dia, udah setahun lebih ga ketemu dia, aku selalu setia
nunggu dia dan aku seneng banget bentar lagi aku bakal ngeliat wajah dia lagi”
mendengar hal tersebut Reva langsung terkejut dan ia mulai berbasa-basi–sambil
tertawa-“masa iya? Emang disana dia ga selingkuh ya?”. Reva menyadari bahwa
cerita Aleta mirip dengan ceritanya namun bedanya hanya dengan status, kalau
Aleta berpacaran dengan orang tersebut, sedangkan Reva hanya berteman dengan
orang tersebut.
«««
Reva bercerita
pada Aleta tentang mengapa ia merasa senang, yang notabene nya cerita itu
hampir sama dengan cerita Aleta “Al sebenernya, aku juga lagi seneng tau. Ga
cuman kamu doang yang bisa seneng. Aku tuh punya tetangga, aku sayang banget
sama dia tapi dia bukan pacar aku. Kita tuh waktu sd deket banget, tapi pas
kita udah besar udah jadi anak SMA kita tuh mulai melupakan satu sama lain,
soalnya aku sama dia tuh udah mementingkan hidup masing-masing gitu. Tapi suatu
saat kita sempet deket lagi, itu sekitar setahun yang lalu. Kita jadi sering
ngobrol, aku seneng banget bisa deket sama dia lagi. Tapi... dia ternyata bakal
pindah ke luar kota, aku sedih banget dia baru ngasih tau aku beberapa menit
sebelum dia berangkat. Tapi aku terima aja soalnya dia bilang dia bakal balik
lagi kesini. Dan aku inget banget dia akan balik lagi ke sini kalau udah satu
setengah tahun berlalu, dan sekarang ini udah hampir satu setengah tahun, bulan
depan dia pasti bakal balik lagi kesini. Aku gatau pasti dia balik lagi atau
engga, aku coba untuk berfikir positif dan yakin kalo dia bakal balik lagi
bulan depan insting-ku ga pernah salah”, “kenapa kamu ga tanya dia aja?” Aleta
memberi Reva saran. “aku udah lost
contact sama dia, kayanya dia ganti nomer hape tapi dia ga ngabarin aku”
Reva menjawab dengan murung. “udah tenang aja, dia bakal balik lagi ko bulan
depan, kan insting kamu ga pernah salah” hibur Aleta.
Sekarang Reva dan
Aleta sudah benar-benar dekat bak dua sejoli yang tak bisa dipisahkan, mereka
selalu berdua setiap saat, padahal itu baru dua minggu dari saat Aleta pindah
ke sekolah yang sama dengan Reva. Suatu saat Reva main ke rumah Aleta, disana
mereka berdua bercerita tentang kehidupan masing-masing. Reva bercerita bahwa
di kompleknya dia mempunyai teman-teman yang baik dan sangat bersahabat
dengannya, dia juga bercerita kalau setiap pulang sekolah dia selalu berkumpul
dengan teman-teman kompleknya itu, khususnya malam minggu. “tiap malem minggu
juga aku selalu kumpul bareng mereka”, “emangnya temen-temen kamu yang
laki-laki ga pada ngapel ke rumah pacarnya apa?” tanya Aleta “engga, kita semua
tuh JOMBLO tau, eh maksud aku SINGLE deng. Kita lebih seneng ngabisin waktu
kita untuk main bareng temen dibanding mikirin hal-hal yang ada hubungannya
dengan suka, cinta, pacaran, kekasih,
sakit hati, putus, dll–danlain-lain–,
aduh kayanya aku berlebihan deh, mereka ada yang punya pacar kok, tapi
kadang-kadang mereka yang punya pacar nyempetin main sama aku dan yang lain
dulu baru pada malem mingguan sama pacarnya masing-masing”, “sumpah kayanya
jadi kamu enak banget deh, coba aku!, kenal sih iya sama tetangga, tapi
gapernah main satu sama lain, kamu liat sendiri kan? rumah aku tepat di samping
jalan raya, jadi aku bukan anak komplek-an kaya kamu, udah gapunya temen main,
pacar aku jauh lagi sedih banget deh pokonya” kata Aleta sambil memanyunkan
bibirnya yang merah itu, “tapi, sekarang aku seneng banget ketemu sama kamu,
kamu temen baik aku yang pertama Va” kata Aleta dengan ekspresi senang
“kapan-kapan kamu main ke rumah aku ya, aku bakal kenalin kamu ke temen-temen
aku yang ada disana” kata Reva dengan mata berbinar.
Kebesokan harinya
Reva mengajak Aleta untuk main ke rumahnya “Al, main ke rumah ku ya hari ini, please aku udah janjian nih sama
temen-temen aku yang disana, aku mau ngenalin kamu sama mereka. Jadi kita bisa
ngobrol-ngobrol bareng” Pinta Reva dengan penuh harap, “iya, iya aku main ke
rumah kamu deh” ‘Tenonet-Tenonet-Tenonet~‘[bunyi belnya unik banget] bel masuk
berbunyi, “Masuk kelas yu Va” Mereka berdua-pun masuk ke kelas untuk memulai
pelajaran.
Jam sudah
menunjukan waktunya bubar sekolah, bel-pun berbunyi “Tenonet~Tenonet~” seketika
setiap kelas menjadi sangat ribut dan ramai, dan seketika pula kelas menjadi
kosong. Tetapi tidak untuk kelas XII-IPA-3 karena masih ada Reva dan Aleta yang
masih bersiap-siap untuk pulang “Aleta, jadi kan ke rumah aku!?” tanya Reva
dengan nada tinggi, “jadi dong, kan kamu udah janji mau ngenalin aku sama
temen-temen kamu yang ada di komplek kamu”
«««
Mereka, berjalan
keluar dari gerbang sekolah. Lalu mereka menaiki angkot. Di dalam angkot mereka
sedikit berbincang, “Reva, ke rumah kamu berapa kali naik angkot memangnya?”,
“hanya dua kali ko Al, tenang aja ongkosnya aku yang bayarin”, “Makasih ya Va,
aku seneng banget kamu mau ngenalin akau sama temen-temen kamu yang lain”, “iya
sama-sama, gausah formal banget deh lebay tau” mereka berdua tertawa di dalam
angkot. Angkot kedua telah mereka naiki dan mereka turun di depan komlek ‘Duta
Regency Permai’[kayanya familiar tuh namanya]. Untuk kedua-kalinya mereka
melangkahkan lagi kaki mereka, mereka melangkah memasuki komplek tersebut,
“walaupun komplek ini tidak sebagus komplek-komplek lainnya dalam tanda kutip
‘komplek lain memiliki jalan yang mulus, sedangkan komplek ini tidak, komplek
lain setiap rumahnya hampir sama, sedangkan disini tiap rumahnya berbeda-beda,
komplek lain rumahnya besar-besar, sedangkan di komplek ini biasa saja’ komplek
ini tetap komplek terbaik bagiku, karena semua disini solidaritasnya tinggi,
sesama tetangganya kami saling menolong dan membantu, kami juga selalu bermain
bersama” Reva menjelaskan dengan nada rendah, “iya, aku tahu” jawab Aleta
singkat.
Di depan rumah
Abam, rega, isei dan Hana sedang mengobrol dan berkumpul bareng, mereka
menunggu Reva yang akan mengenalkan teman barunya pada mereka. “hai semua..”
sapa Reva, lalu mengenalkan Aleta pada semuanya “Temen-temen, kenalin ini Aleta
temen se-kelasku yang baru”, “S-Selamat sore, kenal-kan aku Aleta, aku teman
baru dari Reva” Aleta memperkenalkan diri dengan gugup. Semua menyambut Aleta
dengan senang “aku Rega” Rega memperkenalkan diri diteruskan oleh Hana, “aku
Hana”, “kalau aku Isei, cowo paling ganteng sekomplek ini” kata Isei dengan
gayanya yang selangit. ‘kenapa Abam tidak memperkenalkan diri’ batin Reva.
Ternyata Abam sedang terkaget Ia mengingat sesuatu yang sangat penting yang ada
hubungannya dengan Aleta, dalam batin-nya Abam berfikir “Aleta?! Aku yakin aku
pernah mendengar nama itu” Abam semakin berfikir keras untuk mengingat suatu
hal penting tersebut “A-Le-Ta.... sekarang aku ingat Aleta itu nama yang aku
baca di hape Zain satu setengah tahun yang lalu, sepertinya dia pacarnya Zain.
aku harus bertanya, tapi... aku tak bisa bertanya sekarang semua pasti akan
kaget” Abam bergumam dalam batin-nya. “hai, kenalin aku Abam. aku yang punya
rumah ini” Abam-pun mengenalkan dirinya pada Aleta “Aleta, aku boleh minta
nomer hape kamu ga?” tanya Abam, Reva langsung menyela “idih, buat apa bam?
Aleta udah punya pacar tau, jangan ganggu deh nanti kamu dibilang PHO-pehao-
loh”, “idih, siapa juga yang mau ganggu, orang cuman buat jaga-jaga aja sih,
boleh ya Aleta Please..” pinta Abam dengan mimik muka memelas, “iya, boleh kok”
jawab Aleta sambil tersenyum.
Mereka berenam
berbincang tentang kehidupan masing-masing di sekolah, mereka berbincang sangat
lama karena sangking keasikan, tanpa disadari hari sudah sangat sore. Aleta
harus pulang, tetapi hari mulai gelap mungkin di depan angkot sudah jarang.
Lalu Reva bingung bagaimana Aleta pulang, Reva-pun punya ide dan ia langsung
meminta Rega untuk mengantar teman-nya itu “Rega... anter Aleta naik motor ya!
Please, ga jauh-jauh amet kok dari sini!” Rega langsung menuruti permintaan
teman kecilnya itu,-Rega memang selalu menuruti semua permintaan dari Reva-.
Rega pun mengantar Aleta sampai rumahnya.
Saat Aleta sampai
di rumah ia menerima pesan dari nomor yang tidak dikenal ‘Aleta, ini Abam teman
dari Reva yang barusan meminta nomormu, sebenarnya aku ingin bertanya, apakah
kamu punya pacar atau tidak?’ Aleta langsung membalas sms itu dengan singkat
‘ya, aku punya’ dalam sekejap balasan dari nomor abam datang ‘bolehkah aku tahu
siapa nama pacarmu?’, Aleta membalas ‘untuk apa?’, ‘aku hanya ingin tahun saja,
tolong beri tahu aku ya’, ‘nama pacar-ku Zain’. Abam terkejut saat membaca sms
balasan dari Aleta, dan mengirimi sms lagi pada Aleta ‘oke, terimakasih Aleta,
aku akan memberitahu-mu sesuatu kalau waktunya sudah tepat, maaf telah
mengganggu-mu, selamat malam’.
«««
Abam masih
menyimpan semua rahasia yang ia tahu, bahwa Aleta adalah pacar dari Zain yang
notabesenya orang yang sudah lama Reva sukai, dan sekarang Reva berteman baik
dengan Aleta. Apa yang akan terjadi bila Reva tahu bahwa Aleta adalah pacar
dari Zain. Reva pasti akan terkejut dan sakit hati. Abam tidak tega pada Reva
jadi Abam hanya menyimpan seluruh rahasia itu, tadinya Abam berniat utuk
memberitahu teman yang lain-nya. Tapi Abam teringat akan janji Zain, dia akan
kembali dalam setengah tahun, “dan sekarang sudah setengah tahun” batin Abam.
Moment~
«««
Aleta merasa
penasaran mengapa Abam bertanya tentang pacarnya, Aleta mencoba melupakannya
karena Abam bilang ‘aku akan memberitahu-mu sesuatu kalau waktunya sudah
tepat’. Reva dan Aleta sekarang masih menunggu kedatangan Zain yang
sebentar-lagi akan kembali, mereka berdua masih belum tahu kalau mereka
menunggu orang yang sama.
Malam itu Reva
merasa sangat sesak, dia terus memikirkan Zain-orang yang ia sayangi-, Reva
hanya bisa berharap dan berdoa agar Zain cepat kembali. Reva sedikit merasa
sedih, kenapa teman kecilnya itu tidak pernah memberinya kabar. Yang harus Reva
lakukan hanyalah menunggunya.
-Bagian Satu
End-
Terimakasih sudah membaca ‘bagian satu’. Mohon maaf kalau
ceritanya melantur kemana-saja, karena aku punya banyak ide untuk cerita ini
tetapi tidak bisa menuliskan ide-ku ke dalam kata-kata dengan baik dan benar,
ceritanya menjadi garing. Maaf ya sekali lagi, semoga cerita ini dapat kalian
baca dengan senang, maaf ya bagian sedih nya belum ada. Ceritanya terlalu
melantur kemana-mana. Arrigatougozaimasu~
Bagian 2 nya dong tolong di post, rame banget!!
ReplyDeleteUdah di post bagian 2 nya :") harus baca.. siapa pun ini koment lg pelisss... :D
DeleteSiapa lah itu yg komen? ada yg baca juga ternyata ... ini mmau di post yg bagian 2 nya :D
ReplyDeletebagus sekali, lanjutkan (y)
ReplyDelete*SBY mode om
eh...mode on
Deletesape nih.. udah ada lanjutannya tuh
Delete